?Haloo~ akhirnya saya kembali dengan fic baru :D
Ya, saya tahu kalau Mamori’s Diary nya belum
selesai, tapi belom ada ide T.T
Ada yg mau
ngasi ide buat Mamori’s Diary???
AN
EYESHIELD 21 FANFICTION
EyeShield 21© Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata
My Love © Pinkyukka
Story by : Pinkyukka
Idea © forgot
Warning : possible OoC, typo[s], Ikkyu story, slight HirumaXMamori, etc.
EyeShield 21© Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata
My Love © Pinkyukka
Story by : Pinkyukka
Idea © forgot
Warning : possible OoC, typo[s], Ikkyu story, slight HirumaXMamori, etc.
Enjoy
It !!
Wanita itu makhluk yang sangat menyilaukan. Bertemu dengan
mereka selalu membuat darahku berdesir. Aku… suka sekali melihat wanita yang
cantik. Terlebih mengingat jarangnya aku bertemu dengan wanita karena SMA-ku
dulu adalah sekolah khusus cowok.
Sekarang berbeda. Aku sekarang sudah jadi mahasiswa Sakyoudai
yang merupakan universitas campuran. Kuulangi, cam-pu-ran. Kalian tahu itu
artinya apa? Aku bisa bertemu banyak wanita.
Tapi, disekian banyaknya wanita yang kutemui di kampus,
hanya satu yang sangat membuatku tertarik. Ah tidak, aku menyukainya. Kuulangi,
a-ku me-nyu-kai-nya.
Ok, cukup sesi pengulangannya. Yah, seperti yang kukatakan
tadi, aku sedang menyukai seorang gadis yang sangat cantik. Dia berambut auburn lembut sepunggung. Ah, aku belum
pernah menyentuh rambutnya, tapi aku yakin rambutnya sangat lembut. Dia manajer
klub amefuto di Sakyodai sekaligus
mantan manajer Devil Bats. Musuh SMA-ku. Dalam hal olahraga maksudnya.
Anezaki Mamori. Aku sudah lama menyimpan perasaan padanya.
Sejak masih SMA dulu.
“Ikkyu! Sedang apa kau? Cepat kumpul!!” teriak si codet,
Jumonji. Aku sebal dengannya karena sering mengganggu acara “memperhatikan
Mamori”. Segera kususul teman-temanku yang sudah bersiap pemanasan.
………
“UGH!!”
Aku merintih kesakitan ketika aku tak berhasil menangkap
bola dan justru mendapat tackle dari
Shin ketika pertandingan Wizard vs Silver
Knights. Sial, keras sekali!!! Dan tacklenya
berhasil membuatku kesakitan seperti ini. Biasanya tak seperti ini.
Aku mencoba bangkit dan… ugh! Rasanya sakit sekali. Dia
tepat menyerangku dibagian perutku yang beberapa hari lalu terkena serangan
Gaou dalam pertandingan persahabatan. Walau pertandingan waktu itu tak pantas
untuk mendapatkan predikat “pertandingan persahabatan”.
Aku… tak sanggup untuk berdiri. Untuk bergerak sedikit saja
rasanya sakit sekali.
“Hoi, bangkitlah Ikkyu!” teriak Agon. Aku ingin segera
bangkit, tapi… sakit sekali. Segera aku di bawa ke pinggir lapangan oleh
beberapa pemain Wizard. Aku
dibaringkan di tanah.
“Kau tak apa-apa Ikkyu?” suara lembut itu aku kenal. Kulirik
pemilik suara lembut itu.
“Ye… yeah, aku tak apa. Sebentar lagi aku akan bertanding
lagi,” kataku sok keren. Mamori menyentuh perutku.
“ADAUW!!!”
Jeritanku sangat keras sampai-sampai para pemain di lapangan
bisa mendengarnya.
“Kamu mau tanding dengan keadaan seperti ini? Itu nggak
mungkin Ikkyu,” Mamori mulai membalut perban diperutku. Aku terpesona dengan
ketelatenannya. Memandagi wajahnya dengan keadaan seperti ini membuatku malu
setengah mati. Aku tak bisa bersikap keren di hadapannya. Tapi diam-diam aku
sangat bersyukur dengan keadaan ini. Rasanya aku ingin menghentikan waktu
sesaat. Aku benar-benar menikmati keadaan ini.
“Hoi manajer sialan! Cepat kau beri teri-teri sialan itu
minum sebelum mereka mati kehausan!!!” teriakan kasar dari sang kapten
terdengar. Ternyata babak pertama sudah selesai.
“Iya, iya Hiruma-kun. Kau tak lihat aku sedang mengobati
Ikkyu?” Mamori beranjak dari tempatnya dan segera mengambil minuman untuk semua
pemain. Untung perbanku sudah selesai.
“Keh, aku lihat, baka!!!!”
terdengar lagi teriakan setan kejam itu.
Huh, jujur saja aku tak suka kalau dia membentak-bentak
Mamori seperti itu. Kasihan Mamori. Alasan lain aku tak suka kalau dia
membentak Mamori karena mereka akan semakin dekat. Ya, semakin dekat…
Kalian tahu kan kalau semakin sering orang itu bertengkar,
maka akan semakin dekat orang itu.
………
“Ya… ya Hiruma-kun…ya… hiks.”
Aku mendengar suara Mamori… menangis?? Kulongokkan kepalaku
untuk melihat apa yang terjadidi dalam ruang klub. A-ah!! I-itu…
“Berhentilah menangis, pacar sialan!”
Hiruma memeluk Mamori?!!! Se-sejak kapan mereka…
“Apa kau ingin aku menciummu Ma-mo-ri??” seringai lebarnya
yang tampak sangat menyebalkan di mataku.
Mamori memandangi Hiruma. Dari matanya yang berair itu
terlihat pendar-pendar kebahagiaan. Aku baru menyadarinya. Mereka sudah jadian…
Aku segera pergi dari tempatku berdiri. Aku tak sanggup
melihatnya. Aku tahu dan aku sadar kalau selama ini cintaku hanya bertepuk
sebelah tangan. Tapi… ini menyakitkan. Air mataku sedikit mengalir.
………
Hari sabtu yang tenang sangat cocok untuk pergi ke café. Aku pergi bersama teman-temanku
dari fakultas hukum.
“Kyaaa~ benarkah itu? akhirnyaaa…”
He? Suara berisik itu sepertinya aku kenal. Seperti suara cheers Deimon. Ah maksudku mantan.
Kucari sumber suara itu.
“Mamori?” aku terbelalak melihat gadis yang bersama mantan cheers itu. Aku sedang dalam tahap
menghindarinya. Bukan apa-apa, aku hanya ingin menenangkan hatiku. Itu saja.
Aku duduk tak jauh dari mereka. Bukan apa-apa, aku hanya
mengikuti dimana teman-temanku duduk.
“Akhirnya Mamo-nee
jadian juga dengan You-nii. Dari dulu
juga kalian udah jadian kan?”
“Ahaha… kami baru jadian Suzuna. Dulu kami tak ada apa-apa.”
“Ah masaaaa? Kalian kan romantis sekali,” ahoge Suzuna bergerak-gerak. Sebenarnya
aku tak mau mendengar pembicaraan mereka, tapi mau bagaimana lagi, tempatku duduk
sangat dekat, jadi kedengaran dengan jelas.
“Ahaha, kami itu sering bertengkar Suzuna,” Mamori dengan
sabar mengelak. Yah selama SMA aku melihat kalau Mamori itu seperti pesuruh akuma itu.
“Kamu sendiri bagaimana dengan Sena?”
BLUSH!!
Hem, kelihatan sekali si mantan cheers Deimon itu malu.
Sepertinya dia suka Sena.
“E-eh… aku tak ada apa-apa dengan Sena,” wajah Suzuna makin
merah.
“Bukannya minggu kemarin kalian kencan ke taman bermain?”
Mamori menyeruput minumannya. Kelihatannya espresso,
karena ada bau espresso di sini.
Perlu diketahui, aku dan teman-temanku memesan minuman yang sama: lemon tea.
Hei, tunggu, sejak kapan aku menjadi ahli aroma minuman?
“E-eh ya… aku memang pergi ke taman bermain, tapi tak
berpacaran,” sanggah Suzuna.
“Belum. Ya, kan?”
“Ma-Mamo-nee
jangan bilang begitu…,” wajah Suzuna makin merah. Manis juga ya kalau seperti
itu. Eh? Apa yang kukatakan tadi? Aku kan suka sama Mamori, kenapa malah
terpesona dengan gadis lain?
……………
Inilah yang paling kubenci. Aku benar-benar tak suka dengan
keadaan ini. Hatiku terasa tercabik-cabik. Perih… sakit…
Teman-temanku segera menyeretku menjauh dari ruang klub.
“Cih, kenapa sampah itu ciuman di sana sih?” gerutu Agon.
“Sudahlah, kapan lagi mereka seperti itu,” kata Yamato tenang.
“Itu lebih baik daripada mereka bertengkar,” Taka mulai
membaca bukunya. Mereka mulai bergosip ria tentang hubungan Mamori dan Hiruma.
Aku tak sanggup mendengarnya. Menyakitkan. Sangat menyakitkan malah.
…………
Ini memang bukan yang pertama kalinya aku melihat malaikat
pujaanku itu berciuman dengan pacarnya dan yang kali ini aku lihat sudah hal
yang wajar. Sudah lebih dari 4 tahun aku bertepuk sebelah tangan dan aku akan
segera lulus. Hubungan akuma dan angel pun sudah mencapai puncaknya.
Aku memandangi langit malam yang dipenuhi kembang api yang
bertuliskan “will you marry me?” Aku
tersenyum pahit. Aku tahu bagaimana hubungan mereka secara garis besar. Yah…
sudah tak ada kesempatan lagi untukku. Sudah berakhir…
…………
Sudah hampir 3 jam aku duduk di bawah pohon maple ini. Tak ada yang kulakukan. Hanya
duduk bersandar dan merenung. Mencoba menetralkan hati.
Kupejamkan mataku, menikmati hembusan angin sekaligus untuk
tidur. Kapan lagi bisa tidur siang? Mumpung tak ada latihan hari ini.
DUK!!
“Aduduuuuhh…,” aku merintih keras. “Hoy, siapa yang lempar bola
hah?” teriakku sambil menggenggam bola tenis yang sebelumnya berhasil mendarat
ditahi lalatku. Yah walaupun aku receiver
terhebat, tapi kalau sedang merem siapa sih yang bisa menangkap? Kecuali Agon
tentunya.
“Ma-maaf…,” seorang gadis berkuncir kuda dengan membawa
raket tenis menghampiriku. Cukup manis.
“Jadi kau ya? Apa kau tak tahu caranya mengontrol bolamu
haah?” kataku kesal. Kesal karena acara tidur siangku yang berharga terganggu.
“Ma-maaf… aku benar-benar minta maaf. Aku masih belajar main
tenis,” gadis itu membungkukkan tubuhnya dalam-dalam. Biasanya aku langsung
memasang tampang cool dengan berusaha
menyembunyikan semburat merah dipipiku, tapi berhubung aku sedang kesal, jadi
aku tak peduli dengan itu.
Gadis itu tampak gemetaran menahan rasa takutnya. Siapa sih yang
nggak takut dengan wajahku yang sekarang? Perlu diketahui, sekarang wajahku
sudah seperti Hiruma.
“Ma-maafkan akuuu…” gadis itu segera berlari meninggalkanku.
Aku hanya memandanginya sambil berdecik sebal.
……………
“A-ah… kau kan…”
Seorang gadis berteriak terkejut meihatku. Saat ini aku
berada di depan vending machine depan
supermarket Son Son. Aku mengerutkan keningku. Sepertinya aku pernah
melihatnya. Kupandangi gadis itu dengan seksama. Berkuncir kuda dengan rambut
hitam legam, membawa sport bag. Dia…
ah!! Dia yang pernah melemparku dengan bola tenis itu!!!
Kenapa dia ada di sini? Mau apa dia…?
“Gomenasai!! Hontou ni
gomenasai.” Lagi-lagi gadis itu membungkukkan badannya. Sepetinya dia
benar-benar takut denganku. Yah siapa sih yang nggak takut dengan mukaku yang
waktu itu mirip Hiruma?
“Sudahlah, aku sudah melupakannya,” kataku sambil mengambil
minuman dari vending machine.
“A-ah… kalau dilihat-lihat kau itu… Hosokawa-san dari Wizard kan?”
Aku mengerutkan keningku lagi. “Iya.”
“Uwaah se-senang bertemu denganmu. Maafkan aku tempo hari,”
gadis itu membungkukkan badannya untuk kesekian kali. Sepertinya dia hobi
membungkukkan badannya. Dasar gadis aneh.
Aku segera mengambil minuman yang kuinginkan lalu
meninggalkannya. Aku tak mau lagi berurusan dengan gadis aneh itu.
………
Sejak hari itu aku sering melihatnya menonton latihan Wizard. Diam-diam aku meyakini kalau dia
pasti mau melihatku. Walaupun aku kesal dengannya, tapi aku akan menunjukkan
kehebatanku.
Akhirnya waktu istirahat juga. Aku duduk bersandar di bawah
pohon sambil meneguk sport drink yang
diberikan Mamori tadi. Segar.
“Hosokawa-san.”
Aku menoleh. Lagi-lagi dia. Gadis berkuncir kuda yang ku tak
tahu siapa namanya.
“A-aku membuat bekal untuk Hosokawa-san,” ia menyerahkan kotak bekal itu dengan malu-malu. Wow,
sepertinya aku mulai terkenal ya.
Dengan sedikit ‘jual mahal’, akhirnya aku terima bekalnya.
Hemmm… enak juga. Tak kalah dengan buatan Mamori. Eh tunggu, kapan aku pernah
makan bekal buatan Mamori?
…………
Setelah itu kami sering mengobrol. Aku baru mengetahui
namanya setelah 2 minggu kami mengobrol. Akane Morizuka. Nama yang bagus.
Perlahan-lahan aku dapat mengatasi patah hatiku. Dia gadis ceria yang aneh. Yah
beberapa kali dia melakukan hal aneh yang tak lazim dilakukan oleh wanita,
seperti dia bisa meniru bagaimana reaksi Monta sewaktu dikatakan monyet.
……………
DEG !!!
Setelah beberapa minggu aku berhasil mengatasi patah hatiku,
aku mendapat kabar bahagia menurut beberapa orang. Ya, aku sudah lulus dari
Sakyodai dan sekarang aku mendapatkan sebuah undangan pernikahan mantan
kaptenku dan wanita yang sangat kusukai. Mamori.
Sekejap saat itu juga hatiku hancur berkeping-keping. Aku
tak menyangka akan secepat ini. aku bahkan belum mengatakan apa-apa pada
Mamori. Walau aku tahu bagaimana akhir dari hubungan mereka, tapi tetap saja
ini… menyakitkan.
Diam-diam air mataku mengalir. Aku tahu ini konyol. Tapi aku
tak peduli.
“Hosokawa-san…”
Aku menoleh. Akane duduk di sebelahku. Aku tahu dia
memperhatikanku.
“Aku tahu kalau Hosokawa-san
suka dengan Anezaki-san,” katanya.
Aku diam saja. Tak menanggapi.
“Tapi bukan berarti wanita itu hanya Anezaki-san saja. Aku yakin, Hosokawa-san pasti akan mendapatkan orang yang
jauuuuuuhhh lebih baik dari Anezaki-san.
Jadi… kalau Hosokawa-san tak
keberatan… uumm… aku mau… “
Aku terkejut dengan kata-katanya. Dia mau menembakku?
“Aku mau kok mendengarkan semua curhatan Hosokawa-san.”
He? Apa dia bilang? Curhatan?
“Aku tahu ini aneh, tapi aku yakin hanya sedikit yang tahu
bagaimana perasaan Hosokawa-san. Jadi
aku memutuskan untuk mau menjadi teman curhat. Curhat kan bisa meringankan
bebanmu,” Akane mengakhiri tawarannya dengan senyum yang menawan. Sesaat aku
terpesona oleh senyuman itu.
Setelah berpikir beberapa saat, aku memutuskan untuk bercerita
dengannya. Yah karena dia gadis yang aneh makanya aku mau membuka hatiku.
…………
“Hu-huwooo siapa yang kau ajak itu Ikkyu?” Tanya Jumonji
syok. Aku hanya tersenyum bangga.
“Haa?? Ikkyu membawa cewek??” Agon mengomentari sambil
melirik gadis yang kubawa. Sepertinya dia tak tertarik. Syukurlah.
“Siapa dia Ikkyu?” kali ini Banba yang bertanya.
Dengan bangga aku memperkanlkannya. “Ehem, dia Akane
Marizuka, pacarku.”
Setelah kuakhiri kalimatku tampak para jomblo itu syok dan
membatu. Terutama si monyet itu. Hihihi akhirnya tak ada lagi yang mengejekku.
Kulirik Akane dan ia membalas tatapanku. “Teman-temanmu
menarik ya Ikyyu.”
Sepertinya dia suka reaksi teman-temanku.
Pintu gereja pun dibuka dan penganti wanitapun siap
melangkah menuju pengantin pria.
Selamat berbahagia Mamori.
OWARI
Nyaaaa~ akhirnya selesai :D
Oiya, fic ini
kupersembahkan pada RP Jumonji @monj_Kazuki51 yang saat ini dia deact. Kuharap setelah
dia baca ini dia mau balik dan kumpul dengan para member #Eyeshield21Family
RP di twitter
lainnya: @yo_hiruma1 @mamo_nee @SuzunaTaki_chan @Sena_Koba21
Smeua menantimu monji J
Aku mencoba membuat fic yang… sedikit berbeda. Karena
akhir-akhir ini dapet curhatan cinta, kepikirlah ide ini. dan JENGJEENGGG~
jadilah fic aneh ini.
Kali ini pun mohon reviewnya u.u
*menerima request juga
- 15 Mei 2012 -
0 komentar:
Posting Komentar